Oleh Sinta Ridwan |
Tulisan ini sepertinya dikirim untuk call paper. Tema Karya Tulis Kearsipan: “Peran Arsip dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Sub Tema: 5. Arsip dan Keterbukaan Informasi Publik. Dan sepertinya tidak masuk, hehehe.
Katalog Digital Manuskrip
Nusantara merupakan negeri yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Sebagaimana telah diceritakan di dalam sejarah, Nusantara memiliki peran yang sangat strategis dalam perkembangan ekonomi, agama, sosial politik dan budaya sejak dahulu kala. Bukti mengenai hal itu ditunjukkan dengan adanya sisa-sisa kejayaan kerajaan masa silam, seperti Sriwijaya, Majapahit dan Pajajaran. Di mana ketiga kerajaan tersebut termasuk beberapa kerajaan jaman pra-Islam yang berdiri kokoh sebelum abad ke-16. Ketika Islam masuk di Nusantara, berdirilah kesultanan, di antaranya Demak, Cirebon, dan Mataram. Bukti lain keberagaman budaya di Nusantara adalah bahasa dan keseniannya, di antaranya bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Dayak, hingga Papua. Melalui kesenian keragaman budaya Nusantara dikenal hingga saat ini, seperti kesenian tari piring dari Minangkabau, perwayangan, juga upacara-upacara adat seperti Seren Taun (pesta bumi) di Sunda.
Peninggalan tradisi, intelektual, dan keagamaan Nusantara itu, selain terabadikan dalam bentuk upacara-upacara adat, upacara keagamaan, dan pertunjukan kesenian, juga tersimpan dalam karya-karya tulisan tangan yang disebut Naskah Kuna. Naskah-naskah kuna Nusantara, baik yang tersimpan di wilayah Nusantara maupun di luar Nusantara, diduga sangat banyak dan hampir tak terhitung jumlahnya. Naskah kuna tertua di Nusantara hingga saat ini yang baru ditemukan dan ditelaah isinya adalah naskah Negarakertagama yang ditemukan di Lombok oleh seorang misionaris utusan Belanda, naskah tersebut diperkirakan ditulis pada jaman Hayam Wuruk yaitu abad ke-14, naskah tersebut berbentuk lontar.
Nusantara sendiri mengenal tulisan sejak abad ke-4 terbukti dengan adanya Prasasti Kutai dan Tarumanegara. Nusantara sendiri diperkenalkan oleh bangsa India dalam hal tulisan, oleh karena itu sekitar abad ke-4 yang umum dipakai adalah tulisan Sansakerta. Setelah mengenal tulisan, nenek moyang kita yang pintar mencoba membuat tulisan yang sesuai dengan budayanya, sehingga bermunculan tulisan atau aksara Sunda, Jawa, Bugis, Batak.
Kajian dan pengindentifikasian terhadap naskah kuna di Nusantara hingga sekarang ini tetap berlangsung, walau dalam jumlah sedikit, jumlah temuan naskah yang berhasil didata dari tahun ke tahun terus bertambah hingga sekarang. Telaah terhadap sejumlah naskah kuna di wilayah-wilayah bekas kerajaan atau yang berpotensi memiliki naskah kuna juga telah banyak dilakukan, baik oleh kalangan ahli dalam negeri atau pun juga ahli-ahli asing. Walaupun demikian tetap dirasakan bahwa kajian terhadap naskah-naskah Nusantara tersebut harus lebih ditingkatkan lagi, sebelum warisan karuhun tersebut hancur dimakan usia. Oleh karena itu dibutuhkan pencatatan data naskah kuna berupa katalog.
Katalog panduan khusus mengenai manuskrip-manuskrip sumber tentang daerah-daerah dan sejarahnya di Nusantara baru dilakukan oleh bangsa luar dengan kata lain para penjajah yang melakukannya demi maksud tertentu. Hingga saat ini hanya beberapa orang filolog (sebutan orang yang berkecimpung di pernaskahan kuna, nama ilmunya adalah filologi atau kajian naskah-naskah kuna) salah satunya adalah Edi S. Ekadjati yang membuat katalog di 5 lembaga di Nusantara.
Pengetahuan tentang keberadaan naskah kuna di Nusantara masih berupa sempalan-sempalan informasi yang berhasil diperoleh dalam proyek identifikasi pernaskahan di masing-masing wilayah. Artinya, upaya pengenalan tentang sejarah masa lalu Nusantara masih terselip di antara ‘tumpukan jerami’ identifikasi naskah-naskah lain, sehingga hal ini sangat menyulitkan para peminat yang secara khusus ingin mengetahui sejarah Nusantara secara lebih dalam.
Arsip Nasional adalah sebuah lembaga non departemen yang mempunyai banyak koleksi naskah kuna, namun belum ada upaya pengkatalogisasian sehingga koleksi naskah kuna yang tersimpan di Arsip Nasional belum diketahui banyak orang, dengan kata lain untuk orang umum, peneliti, atau pelajar yang ingin mengetahui informasi naskah kuna apa saja yang ada di Arsip Nasional masih sangat sulit dilakukan apalagi ketika orang tersebut berasal dari luar Jakarta yang harus mengunjungi gedung ANRI dan mencari data secara manual, dilihat satu persatu atau berdasarkan catatan seadanya.
Pembuatan katalog perlu dilakukan oleh ANRI, khususnya tempat penyimpanan naskah-naskah kuna. Berdasarkan pengalaman dalam penggarapan naskah kuna yang berbahan lontar dan sejenisnya menunjukkan bahwa, baik kegiatan identifikasi, transliterasi teks (dari aksara yang digunakan di dalam naskah ke huruf latin), edisi teks (penataan kata, kalimat, dan paragraf) maupun terjemahan teks (dari bahasa yang digunakan naskah ke dalam bahasa yang dikenal saat ini), ternyata memerlukan waktu banyak dan perhatian yang sungguh-sungguh. Sebab, pengenalan dan pemahaman terhadap aksara dan struktur bahasa dalam naskah kuna diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, mengingat sebagian besar kondisi fisik naskah yang sudah lapuk dan banyak yang bolong akibat gigitan insect. Di samping itu, orang yang dapat membaca teks naskah kuna saat ini hanya bisa dihitung dengan menggunakan jari sebelah tangan, sementara kuncén ‘juru kunci’ yang selama ini menjaga naskah-naskah lontar tersebut boleh dikatakan tidak dapat membaca tulisan yang tergores di dalamnya.
Adapun upaya yang harus dilakukan adalah:
- Inventarisasi dan pencatatan setiap naskah kuna di koleksi khusus ANRI, sebagai wujud upaya identifikasi.
- Identifikasi fisik setiap naskah lontar dan sejenisnya, baik yang masih berada dalam kropaknya maupun yang sudah tidak lagi memiliki kropak (kotak kayu) akibat rusak termakan usia. Pada tahap ini perlu dilakukan proses penataan ulang susunan lampiran halaman sesuai dengan kronologi teks. Proses demikian dinamakan sebagai proses rekonstruksi naskah kuna, mengingat tidak tertutup kemungkinan adanya bundelan lempir-lempir suatu naskah kuna yang tidak lagi tersusun sesuai urutan halamannya, juga bisa saja sebuah naskah bercampur dengan lempir-lempir halaman dari naskah itu sudah patah-patah.
- Deskripsi naskah yang meliputi aspek: judul (dalam teks, luar teks, dan umum), nomor kodifikasi, nama penyusun atau pengarang, waktu penyusunan, tempat penyusunan, pemrakarsa penyusunan, nama penyalin, tarikh penyalinan, tempat penyalinan, pemrakarsa penyalinan, aksara atau huruf, bahasa, bentuk karangan, ukuran (sampul lembar atau lempir halaman, dan ruang tulisan), jumlah baris setiap halaman, bahan nakah (kulit, daun, atau kertas), jenis kertas, cap kertas, tebal naskah (terdiri atas jumlah dari hl. kosong, hal. yang ditulisi, dan hl. bergambar), jilid atau serial naskah, penomoran halaman, kondisi fisik, asal atau riwayat naskah, pemilik naskah, keterangan dan penjelasan umum, dan data pendeskripsi naskah. Sebagai wujud hasil pekerjaan ini adalah berupa sebuah katalog yang berisi daftar identitas setiap naskah lontar dan sejenisnya yang tersimpan di koleksi khusus ANRI.
- Deskripsi naskah kuna yang secara garis besarnya meliputi ragam bahan, ragam aksara, ragam bahasa, dan ciri-ciri luar naskah. Secara prosedural hal ini perlu dilakukan dengan rinci tahap demi tahapnya sebagaimana akan dikemukakan pada bagian metode kerja nanti.
- Pemotretan dan penduplikasian semua lempir halaman setiap naskah kuna secara keseluruhan sesuai dengan jumlah naskah yang telah teridentifikasi dan terdeskripsi dalam katalog dengan menggunakan sarana elektronik berupa kamera digital. Kemudian data-data yang telah terekam diproses dan diedit dengan komputer yang selanjutnya di gandakan ke dalam bentuk kepingan CD.
Setelah mendapatkan data isi kandungan dan material naskah kuna koleksi khusus ANRI tersebut, maka pembentukan katalogus naskah kuna sudah dilakukan dengan sangat rinci. Akan tetapi penyebaran arsip atau data naskah kuna milik ANRI ini tidak hanya tertumpuk di gedung ANRI saja, dengan kata lain hanya orang-orang dalam dan yang dekat dengan gedung ANRI yang memperoleh informasi naskah kuna melalui buku katalog tersebut. Masih banyak tempat penyimpanan naskah kuna di Nusantara yang tidak sadar akan perkembangan jaman. Semuanya dilakukan serba manual, mendatangi, mencari, dan membaca di tempat. Sesuai dengan tuntutan jaman yang sudah semakin canggih dan cepat, informasi harus disediakan dengan cepat pula, agar kebutuhan informasi dapat dipenuhi.
Di era globalisasi dan era teknologi sekarang ini, informasi dituntut agar didapati dengan cepat dan mudah, tanpa birokrasi yang rumit. Saat ini semua orang sudah mengenal internet, segala informasi yang dibutuhkan dapat didapati dengan mudah dan cepat. Orang cenderung malas untuk melakukan hal yang dipersulit, misalnya mendatangi dan membaca di tempat. Bagaimana orang yang ingin mendapatkan informasi naskah kun yang ada di ANRI Jakarta itu dari Papua? Oleh karena itu, sesuai dengan tuntutan jaman, dan bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa dengan membagi informasi data koleksi naskah kuna milik ANRI, maka diperlukan katalog digital.
Katalog digital adalah informasi data yang sudah berupa katalog (identifikasi juga gambar naskahnya dan sebagainya) yang tersimpan dalam sebuah wadah jaringan internet. Sehingga kemudahan orang dalam mencari data naskah kuna dapat mudah dilakukan, dan semakin banyak orang yang sadar akan keberadaan naskah kuna. Apabila peneliti atau pelajar yang sudah mendapatkan data naskah kuna yang ia cari terdapat di koleksi ANRI, untuk mendapatkan isi naskah secara lengkapnya, peneliti tersebut harus mengkopi isi naskah tersebut dan langsung berhubungan dengan pegawai ANRI. Bisa saja pengkopian data tersebut dikenakan biaya untuk perawatan selanjutnya.
Contoh data naskah kuna sementara yang ada dalam katalog digital.
- Judul: Jaran sari (?)
- Penulis: N.N.
- Pemilik: Sinta Ridwan
- Penyimpan: Sinta Ridwan
- Media: Kertas Dluwang.
- Tulisan: Carakan.
- Asal: Cirebon
- Ukuran: 19 x 25 cm.
- Jumlah halaman: ….
Kontribusi Arsip Nasional dapat diberikan kepada bangsa ini dari segi pengenalan dan pemahaman sejarah masa lampau yang tertulis dalam naskah kuna, adapun isi dan kandungan naskah kuna sangat beragam. Naskah tersebut dapat merupakan aset yang statis maupun aset yang dinamis.
- Sebagai aset stasis, yakni naskah merupakan objek penelitian yang bisa dijadikan aset ANRI sebagai sasaran wisata ilmu dan wisata bidaya.
- Sebagai aset dinamis, yakni:
(1) Kandungan naskah dapat dijadikan penelusuran aspek-aspek kebudayaan yang keasliannya cenderung terjaga tanpa pengrekaan. Segi-segi kehidupan lama yang kemungkinannya dapat dihidupkan kembali selayaknya dapat dijadikan modal untuk pengambangan: kepariwistaan, antara lain, dalam bidang pariwisata dan pelestarian nilai lama. Hal ini dapat membangun jati diri masyarakat generasi muda untuk tegar dan percaya diri, berdiri secara mantap pada budayanya, membangun harga diri sebagai orang Indonesia yang tangguh dalam mengarungi kemajuan jaman.
(2) Dalam khazanah naskah Nusantara sarat kandungan nilai-nilai kehidupan yang sangat tinggi, antara lain: nilai keagamaan, pandangan hidup, kewajiban dalam mengarungi kehidupan, sikap dan penjagaan kepada kampung halaman, pengaturan sistem ekonomi, ketaatan pada negara, disiplin diri, sikap kepada orang tua, sikap bermasyarakat, sikap berkeluarga, model kepemimpinan, serta tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Nilai-nilai ini selayaknya dimiliki kembali oleh masyarakat Nusantara guna menaikkan martabat kahidupan masyarakat, baik lahir maupun batin. Dengan dilakukannya pengkajian dan penyebaran informasi terhadap naskah-naskah, maka nilai-nilai kehidupan lama yang masih layak digunakan dalam kehidupan masyarakat masa kini dapat dijadikan landasan ketahanan mental spiritual masyarakat Nusantara. Pembinaan mental dan spiritual ini sangat efektif karena antara nenek moyang sebagai penulis naskah dengan pewarisnya (yang membaca naskah) senantiasa terjalin hubungan emosional yang kuat melalui ikatan hubungan batin. Kontribusi penelitian ini lebih jauh dapat dikemukakan berikut ini.
Kegunaan bagi pengembangan ilmu di antaranya adalah:
a) Hasil pengkajian awal dalam pencarian data naskah kuna tersebut dapat memberi suatu masukan bagi sebuah lahan penelitian bagi peneliti naskah kuna yang selama ini kurang mendapat perhatian, yakni mengenai khazanah naskah Nusantara, sehingga bermanfaat untuk pengembangan sebuah teori.
b) Hasil pengkatalogusasian yang digital ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bagi pengembangan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam, menyangkut timbal balik antara naskah kuna dengan masyarakat pendukungnya, begitu pula mengenai makna yang terkandung di dalamnya. Kondisi demikian, secara jelas dapat dijadikan sumber data faktual guna merekonstruksi gambaran proses perjalanan sejarah Nusantara yang hingga kini masih banyak episode yang bolongnya.
Kegunaan praktisnya adalah:
- Menimbulkan kesadaran masyarakat mengenai arti pentingnya naskah kuna sehingga menggugah keinginan untuk menjaga dan melestarikannya.
- Melalui bekal kesadaran dan pemahaman mengenai naskah-naskah kuna tersebut, diharapkan bahwa naskah dapat ditempatkan sebagai sebuah kekayaan khazanah budaya bangsa, tanpa melibatkan pemikiran negatif atau prasangka yang berlebihan.
- Dengan mengetahui fungsi naskah kuna secara nyata, maka tugas kita selanjutnya adalah mencari cara yang makin realistis dan praktis untuk menggali, menjaga, dan memanfaatkannya secara lebih bijaksana.
Jika iklim penghargaan terhadap warisan masa lalu ini telah benar-benar dapat dipahami dan dirasakan mudah secara akses oleh seluruh lapisan masyarakat Nusantara, kegunaan paling jauh dari usaha-usaha penggalian isi naskah ini adalah meningkatnya daya tawar Nusantara dalam berbagai aspek, karena didukung oleh kulturnya yang solid.
Bandung, 1 Desember 2009
Foto diambil pada 21 Maret 2020 di Kebagusan, Jakarta.