Legenda Nyata?

Oleh Sinta Ridwan |

Aku lupa, sepertinya ini tugas mata kuliah folklore. Aku senang banget dapat kelas ini. Ditambah dosen pengajarnya Prof. Yus Rusyana itu kalau mengajar (meski sudah sepuh) masih sangat berapi-api dan kelihatan auranya kalau beliau sangat mencintai ilmu ini. Beruntung juga waktu ujian tesis beliau ikut menjadi salah satu penguji aku juga.

Legenda itu Nyata?

Keberadaan dunia tidak lepas dari sejarah pembentukannya. Begitu pula dengan legenda, mengakar dalam kepercayaan masyarakat. Banyak kisah yang diceritakan oleh orang dahulu dengan berbagai cara, seperti ditembangkan, cerita dilisankan (oral history), dipantunkan dan dituliskan. Legenda adalah cerita rakyat berbentuk prosa. Adapun teori legenda ini diambil dari buku Folklor Indonesia karya James Danandjaja.

Legenda adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.

Legenda seringkali dipandang sebagai “sejarah” kolektif (folk history), walaupun “sejarah” itu karena tidak tertulis telah mengalami distorsi sehingga jauh dari kisah aslinya. Oleh karena itu jika kita hendak menjadikan legenda sebagai bahan rekonstruksi sejarah suatu folk terlebih dahulu kita harus membersihkan bagian-bagian yang mengandung folklor. Misalnya yang bersifat pralogis atau yang merupakan rumus-rumus tradisi lisan, seperti yang pernah ditemukan oleh Lord Ragland (1965: 150).

Sifat legenda adalah migratoris, yaitu dapat berpindah-pindah sehingga dapat dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda. Selain itu legenda tersebar ke dalam bentuk kelompok yang di sebut siklus (cycle). Yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu. Di Jawa misalnya legenda tentang tokoh Panji termasuk golongan legenda siklus itu.

Menurut Alan Dundes, ada kemungkinan besar bahwa jumlah legenda di setiap kebudayaan jauh lebih banyak daripada mite atau dongeng. Mite hanya mempunyai jumlah tipe dasar yang terbatas, seperti penciptaan dunia dan asal mula terjadinya kematian namun legenda mempunyai tipe dasar yang tidak terbatas, terutama legenda setempat (local legends). Setiap jaman akan menyumbangkan legenda-legenda baru atau paling tidak menciptakan varian baru dari legenda lama pada khazanah umum dari teks-teks legenda yang didokumentasikan. Kondisi seperti ini tidak berlaku pada mite. Karena mite berdasarkan pada konsep folklor. Harus diingat pula bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan dan isi kitab suci akan sukar sekali berubah.

Menurut Alan Dundes jumlah dongeng jika dibandingkan dengan legenda jumlahnya sangat terbatas. Kebanyakan bentuk dongeng bukanlah bentuk yang baru melainkan versi lama yang dibuat baru. Sedangkan legenda dapat dibuat yang baru apabila seorang tokoh, tempat, atau kejadian dianggap berharga oleh kolektifnya untuk diabadikan menjadi legenda. Pola ini menyebabkan legenda yang nampak baru tetapi mirip dengan legenda lama (Dundes, 1971: 25).

Penggolongan legenda hingga saat ini masih belum ada yang disepakati. Jan Harold Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat kelompok.

  1. Legenda Keagamaan (Religious Legends)

Yang termasuk dalam golongan ini antara lain legenda orang-orang suci (saints) Nasrani. Legenda ini telah diakui dan disahkan oleh Gereja Katolik Roma dan dijadikan bagian kesusasteraan agama yang disebut hagiography (legends of the saints).Hagiografi sebenarnya adalah transkripsi legenda orang-orang saleh. Di tanah Jawa legenda orang saleh diceritakan lewat kisah para wali agama Islam. Yang paling terkenal dan sering dijadikan bahan kajian adalah kisah Wali Sanga. Di tanah Jawa masih banyak kisah para wali yang kurang terkenal yang pada umumnya belum diteliti orang banyak. D. A. Rinkes pernah meneliti wali-wali yang kurang terkenal itu. Hasilnya diterbitkan dalam artikel yang berjudul De Heilegen van Java (orang-orang saleh dari Jawa).

  1. Legenda Alam Gaib (Supernatural Legends)

Legenda semacam ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsinya dijadikan untuk memperkuat kebenaran ‘takhyul’ atau kepercayaan masyarakat setempat. Berhubung legenda alam gaib ini merupakan pengalaman pribadi seseorang maka oleh ahli folklor Swedia C. W. von Sydow diberi nama khusus yaitu memorat (Brunvand, 1968: 89). Walaupun merupakan pengalaman pribadi seseorang namun isi ‘pengalaman’ itu mengandung banyak motif cerita tradisional yang khas dan terdapat dalam kolektifnya. Dapat dikatakan bahwa memorat adalah legenda alam gaib yang merupakan pengalaman langsung seseorang yang berhubungan erat dengan suatu kepercayaan dimasyarakat.

  1. Legenda Perseorangan (Personal Legends)

Adalah cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar telah terjadi. Sarjana yang pernah meneliti legenda perseorangan adalah C. Hooykass (1958) yang menceritakan legenda Robin Hood. Tokoh perampok budiman yang melakukan perampokan pada para penguasa korup atau orang kaya untuk didermakan kepada rakyat miskin. Legenda semacam itu terdapat juga di Indonesia tepatnya di Jakarta, Si Pitung.

  1. Legenda Setempat (Local Legends)

Adalah cerita yang berhubungan erat dengan nama suatu tempat. Contohnya adalah mengenai legenda setempat yang berhubungan dengan nama tempat adalah legenda anak-anak dalem solo yang mengembara mencari sumber bau harum. Legenda ini berasal dari Trunyan Bali. Legenda ini termasuk legenda setempat karena menceritakan asal mula nama beberapa desa di sekeliling Danau batur seperti Kedisan, Abang, Dukuh dan Trunyan.

Ujungberung V, 2 Februari 2009

Kategori: Tulisan dan Ulasan.