Pensi Cancelled

Oleh Sinta Ridwan |

Judul lengkapnya Urgh, Underground vs Police = Pensi is Cancelled. Di tulisan ini banyak “menyalahkan” polisi, haha. Jadi mohon maaf kalau ada kata-kata yang tidak dipantas.

Pensi is Cancelled

For all times rise, Cheyenne spirit rise. By the grace of all your wisdom. In the hunting grounds it flies. Chase the track and ride free. Eternal unity. Let the flutes play for a last time. Ban the white man’s tyranny. (Cheyenne Spirit, Edenbridge)

Urgh, saat alunan lagunya Edenbridge yang intinya buat spirit area melantun, aku bisa ngerasakan anak-anak yang butuh banget semangat, dan lagu ini cocok banget didengar anak-anak yang lagi patah semangat itu. Anak-anak yang aku maksud adalah anak-anak yang suka bikin pensi alias pentas seni di SMU masing-masing. Anak-anak yang sudah kerja keras demi melaksanakan pensi idamannya, dan hasil kerjanya sama sekali hancur di depan mata, kosong tanpa penonton, padahal panggung berdiri dengan megah bertitle 8pReVocalic.

Huf, lebih spesifiknya lagi anak-anak yg aku maksud itu anak-anak yg bikin pensi di SMU 8 Bandung, mereka batal bikin acara gara-gara perijinan, iya perijinan lagi, gara-gara polisi lagi, bagaimana bisa coba kasih ijin di hari H, aneh bin ajaib banget sih itu. Acara pensi mereka pun batal, karena masalah perijinan yang keluarnya terlambat. Emang dasar ya, mereka tidak bisa mengerti sedikit saja semangat anak-anak muda yang sudah punya planning + semangat + kerja = eh, malah kreativitas itu gagal total.

Semuanya masih terkait sama musibah AACC itu (di gedung AACC band Besides launching album baru ada yang tewas 11 korban jiwa, masih ingat kan itu?), saat komunitas underground masih berkabung, dan saat anak-anak penuh semangat membuat acara yang biasanya mengkombain semua aliran musik, di saat yg bersamaan juga polisi hanya lihat dari satu sisi yang langsung ngejudge kalau ada acara musik (after AACC, red) pasti dan bakal rusuh lagi. Huff@!!!!# Aku GERAM.

Jadi yang aku tangkap dari gagalnya pensi SMA 8 tuh gara-garanya polisi sangat enggan sekali memberi ijin, gara-garanya lagi, kata polisi ada Burgerkill, yang notabenenya aliran underground. Seharusnya tidak boleh nyalahkan satu aliran saja.

Tetapi sebenarnya sih, kita tidak bisa menyalahkan satu aliran saja, satu acara saja, panitia yang begini, politisi yang begini, warganya, malah kita juga. Semua harus tanggung jawab, setahuku juga polisinya bisa saja yang memang tidak bisa diandalkan buat mengamankan jalannya acara. (Eh, malah aku yang menyalahkan polisi, >_<). Habisnya birokasinya suka tidak menyenangkan, bikin semangat panitia kendur, ini kadang memang suka jadi masalah kalau ada anak-anak yang ingin menunjukkan kreativitasnya, tidak dikasih kemudahan.

Di lain hal, aku pribadi suka banget dengar band-band underground, apalagi yang local, apalagi yang asalnya dari tempat yang aku tinggal sekarang, yes, Ujungberung Rebels. Aku suka Burgerkill, Jasad, Disinfected, Jeruji, Mesin Tempur hehe, sama yang aliran lain juga, kayak Koil, Goodnight Electric, The S.I.G.I.T sampai Cherry Bombshell dan Kubik. Semua aku suka, dan menurut aku pribadi, aku menganggap semua aliran sama, dengan sukanya aku sama Jasad yang beraliran keras, tidak bikin aku jadi orang yang rusuh, urakan, atau pembuat masalah kan.

Musik itu sesuatu yang harus dinikmati, misalnya saat dengar lagu, ekspresi kita ya angguk-angguk kepala, atau angkat-angkat jempol kaki, goyang-goyang badan, loncat-loncat, atau kalau bitnya enak banget (gerakan pas di live music maksudnya) bisa saja sambil moshing atau moshpit sekalian. Cara orang kan beda-beda menunjukkan ke-enjoy-annya pas dengar alunan musik. Kalau musiknya saja belum didengar, tapi sudah ngejudge duluan dari penampilan, kalau musik “ini” pasti rusuh (di kasus SMU 8, polisi sempat melarang acara itu gara-gara ada Burgerkill main). Huh, aku makin geram, memangnya kenapa dengan nampilkan BK ? Setiap tahun juga BK sering banget ada di acara pensi tidak ada korban. Lalu bagaimana kalau pas manggung BK bawakan lagunya 3 Titik Hitam yang feat Fadli Padi (yang menurutku paling kalem di antara lagu-lagu yang lainnya) itu bakal rusuh?

Ya tidak lah, pasti penonton juga pada pintar, penonton yang datang ingin menikmati musiknya, skill pemainnya, pasti mereka diam di tempat, nyanyi bareng malah, paling pol angguk-angguk kepala, orang aneh saja yang kalau dengar 3 Titik Hitam sambil dorong-dorongan, sikut-sikutan, ih Jaka sembung ke Matraman, enggak nyambung man.

Aku juga dengar kabar kalau acara pensi di Bandung ditiadakan selama 2008 ini, gila sangat kan? Secara aku pribadi adalah pemburu pensi walau pun sudah bukan pelajar lagi, aku masih senang berdiri depan panggung di tengah para penonton, buat menikmati semua acara pensi. Terakhir waktu Februari aku lihat pensinya anak SMU 2, malah lihat Besides feat Agung BK (enggak rusuh kok, sumpah, cuma dodorongan saja), 3 mingguan yang lalu, aku malah sudah bersiap mau ke SMU 4, batal hiks gara-gara cuma buat internal saja, anjrit, apa lagi pas mau SMU 8, malah yang enggak jadi acaranya pas di hari H.

Lebih BT lagi, pas hari Minggu kemarin, aku tuh mau nonton JamreVolution (launching album kompilasinya LA Lights) eh keabisan tiket, huah aku makin GERAM. Akhirnya aku menyelidiki kenapa bisa terjadi keabisan tiket dan acara di SMU 4 cuma buat internal, dan SMU 8 batal. Ternyata eh ternyata, semua adalah perijinan, begini rinciannya: acara SMU 4 buat intern dan kapasitas penonton dibatas. Itu adalah salah satu siasat? Guna lancarnya layangan ijin acara. Sama halnya sama SMU 8 di awal-awal proses, katanya penonton yg rencananya 4500 ditolak, malah disarankan biar lancar ijin jumlah penonton 1500 saja, itu juga buat orang dalam dan disuruh pakai seragam pula, halah. Terus masalah SMU 8 ada satu pengisi acara yang ditolak tidak boleh main di acara itu, yaitu Burgerkill busyet deh (pengisi acara di SMU 8 yang lain Maliq & D’Essentials, Shaggy Dog, dan lain-lain). Polisi bilang, kalau ada BK yang alirannya underground, musik keras, pasti acaranya rusuh, mending diganti sama band lain. Ih, apa coba maksudnya?

Dan kecurigaan aku pun berlanjut, saat acara kemarin yang di Sabuga (JamreVolution) pasti sudah dibatasi jumlah penontonnya. Waktu aku baca di surat kabar, diberitakan tiket penonton cuma 1500, ya ampun gedung sebesar itu, yang pengisi utamanya Koil, Pure Saturday, Mocca, Alone at Last sama Goodnight Electric, tidak mungkin banget kan kalau yg datang cuma 1500, padahal waktu aku wisuda di gedung itu perasaan lebih banget dari 1500 orang.

Alhasil, waktu aku datang dengan penuh semangat ingin nonton Koil dan kawan-kawan, jam 5 sore sampai Sabuga, aku tuh curiga kenapa anak-anak masih banyak yang di luar gedung, pas tanya panitia ternyata tiket habis, aku melihat anak-anak yang di luar ada 500-an mah, kalau di hitung dari ujung ke ujung yang nongkrong. Aku pun sempat nongkrong dulu sambil ngobrol-ngobrol, sumpah prihatin habis melihat anak-anak tidak bisa masuk. Aku pun pulang kembali ke Ujungberung, hiks.

Intinya dari tulisan aku ini, aku sangat prihatin sama keadaan terkekangnya musik di Bandung khusunya kalau mau ada acara, lalu masalah pensi dan acara musik lainnya itu kan salah satu bentuk kreatifitasnya anak-anak muda sampai tua juga, mulai dari panitianya yang buat acara juga, para musisinya sendiri sampai peminat musiknya juga, itu semua satu kesatuan bentuk kreativitas. Hiks, sedih aku kalau tahun ini tidak ada pensi, kebayang juga Agustus yang biasanya ada Soundrenalin, curiga tidak akan ada yang di Bandung sih.

Hal yang paling aku sedihkan saat ini, kenapa satu aliran musik yaitu underground yang disalahkan, pemicunya karena tragedi Besides, tetapi kenapa tidak ada tindakan sewaktu band Ungu, yang aliran alternatif itu pernah ada korban juga, kenapa tidak dilarang? Lalu bagaimana dengan aliran dangdut, yang heboh juga, yang jelas pihak pemberi perijinan tidak boleh begitu. Jangan hanya lihat dari alirannya saja, aliran keras atau lembut, kalau sudah rusuh akibat ke-erorr-an atau memang ada pihak yang diniatkan ingin ngerusuh, ya rusuh, jangan salahkan aliran dan penampilan juga, aliran itu kan satu bentuk ekspresi kebebasan dan soal kesukaan/peminatan.

Aliran underground dengan bentuk musik kencang dan terlihat “menyeramkan” bukan berarti aliran ini menyimpang. Aku masih ingat banget pas baca bukunya Kimung mantan personil BK, ada kutipan waktu si Ivan Scumbag lagi mabuk, dia masih sempat ijin sama anak-anak buat salat, terus Kimung ingetkan Ivan kalau dia lagi mabuk, Ivan jawab, “Mabuk mah mabuk weh, tapi salat ulah ditinggalkeun”. Terharu aku, pada nyatanya yang sedih kan bukan cuma keluarga yang ditinggal korban, pasti band Besides juga tidak kalah shock-nya, apalagi panita pasti down, dan polisi juga pasti “kesal” gara-gara masalah ini kehilangan 8 personel atau pejabat yang dicopot. Atau jangan-jangan? Ah, enggak berani buat melanjutkan kalimatnya.

In other words, bukan gara-gara satu band saja kejadian ini terjadi, yang trauma pun banyak, penonton juga pasti shock termasuk diriku, trauma kalau lihat anak-anak pas lagi moshing eh dipukul disuruh diam. Ini tanggung jawab bersama. Harus ada memang ketat keamanan, tetapi tidak dengan memberi syarat yang berat. Para panitia juga harus siap lahir batin pertahankan konsep apalagi sudah deal-deal-an dengan pengisi acara. Penonton pun, harus ikut aturan main dan mengontrol diri kalau mau berjoget ria. Semuanya tanggung-jawab bersama kalau memang masih ingin ada acara asyik di Bandung ini.

Secara Bandung kan salah satu kota di mana aliran permusikan ada banyak, masa jadi jarang acara musiknya. Pemerintah daerah juga harus membuat gedung yang oke untuk menerima semua aliran musik, ini bisa kasih jalan buat pemasukan juga kan, gedung buat menggantikan posisi Gedung Saparua yang sudah tua, dan Gedung AACC yang rusak kemarin.

Hayuk atulah, jangan sedih buat anak-anak yang pensinya kemarin gagal, semangat! Masih ada tahun depan. Buat anak-anak band atau musisi apa pun juga tetap semangat buat karya yang keren-keren lagi, dan jangan lupa latihan buat bisa “mengendalikan massa”, bisa contoh band Slank mungkin. Terus buat penonton atau penikmat musik live juga, harus bisa mengendalikan emosinya , enggak usah kampungan lah, kita nikmati pertunjukan bareng-bareng, bukan show off cara joget hebohnya, jungkir sana-sini, kena sikut kan sakit tuh. Dengar saja musiknya dari hati, kalau semua terkendali kan jadi enak, semua nyaman, semua enak dengarkan dan senang di hati halah, naon sih. Pokoknya kalau mau nonton acara kudu nyantai, jangan ribut yang penting kan pas pulang merasa terhibur dan puas di hati, oke ya, para begundals juga setuju?

Ujungberung, 19 Maret 2008

Kategori: Tulisan dan Ulasan.