Gadis Lupus

Oleh Lady Nadira Rosalie |

Aku lupa, apakah aku dikirim surel atau aku menemukannya di internet, hehehe. Tetapi aku mengucapkan terima kasih buat ulasannya ya Dik Lady. Aku menyimpannya pada 23 September 2011.

Kisah Inspiratif Seorang Gadis Lupus

Judul Buku: Berteman Dengan Kematian – Catatan Gadis Lupus
Penulis: Sinta Ridwan
Penerbit: Ombak
Tahun Terbit: 2010
Jumlah Halaman: 363
Dimensi: 13 x 19 cm
Harga Buku: Rp 60.000,00

Sejak kecil Sinta Ridwan menjalani hidupnya dengan berbagai masalah yang ada. Mengalami suka dan duka di tanah kelahirannya di Cirebon hingga tamat SMA lalu pindah ke Bandung untuk melanjutkan studinya. Dia memilih meninggalkan Cirebon karena tidak ingin terus-menerus berurusan dengan keluarganya yang sering menentang keinginannya, juga ayah dan ibunya yang sering kali bertengkar. Sinta memiliki seorang adik bernama Rama. Namun kemudian ibu Sinta bangkrut dan saat itu ayahnya sudah pergi ke Purwakarta meninggalkan keluarganya. Sinta mengajak adiknya tinggal bersamanya di Bandung dan Sinta membiayai hidupnya juga biaya kuliah adiknya. Saat berumur 20 tahun, ia mengetahui dirinya mengidap lupus. Penyakit yang tidak kalah berbahaya dengan HIV/AIDS. Awalnya ia tidak dapat menerima dengan sikapnya yang tidak menjaga kesehatannya dan jarang meminum obat. Namun kemudian ia sadar bahwa kematian bukanlah hal yang menakutkan. Setiap manusia pasti akan mati.

Dalam buku ini, Sinta mengisahkan perjalanan hidupnya. Buku ini memakai sudut pandang orang pertama serba tahu. Tokoh utama dalam buku ini adalah Sinta Ridwan sendiri. Ia juga menceritakan tokoh-tokoh lainnya seperti ibu dan ayahnya, neneknya yang cerewet, adiknya, Dr. Amaylia yang sangat perhatian padanya, sang kekasih yang sangat sayang padanya, dan teman-temannya yang lain.

Buku ini mengajarkan kita bagaimana harus menghidupi hidup ini. Sinta ingin kita (para pembaca bukunya) belajar dari pengalaman hidupnya. Hal-hal yang salah, ia ingin kita tidak melakukannya. Ia menceritakan pengalamannya melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan agar kita tidak mengikuti jejaknya karena ia telah merasakan sendiri akibatnya. Ia menjelaskan banyak hal tentang lupus, penyakit yang dideritanya itu. Ia ingin orang-orang mengenal lupus dan ia juga ingin memberi semangat bagi mereka yang juga mengidap lupus.

Sinta banyak menuliskan puisi-puisinya dalam buku ini. Ia menggunakan bahasa baku yang mungkin dianggap berat bagi remaja sekarang yang gemar membaca novel teenlit. Namun, kisahnya yang menarik dan inspiratif membuat ingin terus membaca buku ini sampai selesai. Sinta juga menyisipkan beberapa foto-fotonya saat masih kecil, saat sekolah, saat berulang tahun, bahkan juga hasil-hasil pemeriksaan yang ia lakukan.

Buku ini banyak memiliki kelebihan. Karena banyak memakai istilah kedokteran, buku ini memahami pembaca yang kurang mengerti medis dengan memberikan glosarium pada awal buku. Puisi-puisi yang Sinta tuliskan juga sangat indah. Walaupun buku ini agak mahal, namun semua itu terbayarkan dengan isi buku ini. Sampul buku ini juga sangat menarik. Kekurangan buku ini mungkin hanya dari segi bahasa. Ia memakai bahasa baku yang rasanya berat untuk dibaca para remaja masa kini. Terkadang kalimat-kalimat yang digunakan juga terlalu bertele-tele. Namun semua kekurangan itu tidak sebanding dengan manfaat yang dapat diambil dari kisah-kisahnya.

Lewat buku ini, kita mendapat banyak informasi mengenai lupus dan cara-cara bertahan dengan penyakit ini. Buku ini tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang mengidap lupus, tapi juga bagi kita yang tidak terjangkit agar lebih peduli pada mereka. Melalui buku ini Sinta mengajarkan kita bahwa obat dari segala penyakit adalah kebahagiaan. Kita tidak boleh takut pada kematian. Karena itu adalah tujuan akhir kita di dunia ini.

Lady Nadira Rosalie – XI IPA 1

Kategori: Tulisan dan Ulasan.