Oleh Sinta Ridwan |
Surat Rindu dari Rantau
- teruntuk Ibunda tercinta
D alam pelukan rantau ini, aku diselimuti rindu padamu, Ibu.
E ntah berapa lama, menunggu penguasa waktu, antarku cium punggung tanganmu.
N ikmat hidup ini tak lepas dari asap dupa doa yang kau bakar tiap malam di Cirebon.
Y ang selalu angin tiupkan untuk terus mengabut di jalan hidupku. Menenangkan.
H ari demi hari, kukirimkan burung merpati untuk membawa pesan setiap kabar.
E ntah, apakah sampai padamu, Ibu. Surat yang kutulis di atas karang perantauan.
R uang yang begitu jauh, jarak yang bisa ditempuh dalam penyatuan siang malam.
M emungut kenangan di pinggir Sungai Seine setiap harinya untuk kukirim padamu.
A ndai bisa kubawa tubuh gemuk penuh luka dan suka itu ke depan Menara Eiffel,
Y ang menembus langit cita-cita, memandang yang sama, menarik napas yang serupa.
A ku ingin memelukmu di antara daun gugur. Di antara daun tumbuh musim semi.
N antikan senja yang gemerlap di cakrawala Paris. Sambil menikmati secangkir
T eh hangat beraroma pucuk yang tumbuh di pegunungan Ciwidey, serupa karpet
I ndah melapisi bumi. Serupa rinduku padamu, melapisi seluruh jiwaku, Ibu.
Paris Ketujuh, 15 Maret 2016
*Puisi ini terpilih dalam 64 Penulis Indonesia untuk buku “Dua Sayap” kumpulan puisi akrostik bertema ayah dan ibu diterbitkan FAM.
Foto diambil pada 2 April 2016 di Cirebon.