Barus: Putri Runduk I

Dirangkai oleh Sinta Ridwan |

Legenda Putri Runduk I: Antara Putri Pulau Mursala dan Pangeran Kerajaan Sorkam 

- untuk ceritarempahbarus.org | Rilis 19 Mei 2021 |

Legenda dalam cerita rakyat merupakan bagian dari folklor, yaitu kategori tradisi lisan. Menurut James Danandjaya (2002) legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi. Legenda yang akan dibahas kali ini adalah Legenda Putri Runduk dalam dua versi.

Kisah ini dipercaya oleh masyarakat sekitar. Legenda Putri Runduk sendiri berasal dari Tapanuli Tengah yang menyebutkan Kerajaan Mursala di dalamnya. Pulau Mursala sendiri berada di wilayah Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah dan merupakan daerah perbukitan.

Legenda Putri Runduk terdapat beberapa versi yang beredar, dalam pembahasan ini satu versi menyebutkan Putri Runduk adalah anak Raja Linggom di Kerajaan Mursala yang disukai Pangeran Abbessina, namun Putri Runduk jatuh cinta dan hendak menikah dengan Pangeran Sorkam, Datuk Itam.

Dikisahkan surat lamaran Pangeran Abbessina yang ditujukan kepada Putri Runduk ditolak, namun surat tersebut dibalas oleh seorang pelarian dari Kerajaan Abbessina bernama Adofo. Hal inilah yang diduga sebagai alasan penyerangan yang dilakukan Kerajaan Abbessina kepada Kerajaan Mursala. Pada saat penyerangan itu Kerajaan Sorkam memberi bantuan dengan cara mengguncangkan tanah di Pulau Mursala dan menariknya agar menjadi dekat dengan Kerajaan Sorkam.

Putri Runduk: Ragam Cerita Ragam Budaya

Menariknya, ada versi cerita lain yang mengatakan Putri Runduk diperebutkan hatinya oleh beberapa raja, salah satunya hendak dipersunting Raja Janggi dari Eropa. Putri Runduk meminta syarat agar Kerajaan Mursala didekatkan dengan Kerajaan Sorkam. Raja Janggi menerima persyaratan tersebut dan ia harus menyelesaikan permintaan Putri Runduk sebelum ayam berkokok.

Namun, sebelum Raja Janggi menyelesaikan permintaan terdengar kokok ayam yang terlalu cepat dari biasanya. Ternyata ayam berkokok disebabkan adanya alu yang dipukul dayang istana Kerajaan Mursala. Pertempuran pun terjadi. Di tengah pertempuran Putri Runduk membawa bekal-bekal seperti setrika, nasi, dan lain-lain. Barang-barang tersebut kelak tercecer dan membentuk pulau-pulau kecil.

Legenda Putri Runduk dalam versi lain menyebutkan beberapa raja yang memperebutkan hatinya salah satunya adalah Raja Sanjaya dari Mataram Kuna, bahkan disebutkan pula dalam manuskrip Carita Parahyangan yang menyebut sosok putri nan cantik dari Barus dan beberapa nama daerah. Kisah versi ini akan dibahas pada bagian kedua dengan keterangan versi kedua.

Sebagai versi pertama sebagai perbandingan, kisah Kerajaan Mursala: Legenda Putri Runduk yang akan disajikan dalam kesempatan ini bersumber pada hasil penelitian dalam bentuk jurnal yang ditulis Tiflatul Husna dan Nurelide (2018) berjudul “Citra Perempuan dalam Cerita Rakyat Kerajaan Mursala Legenda Putri Runduk”.

Kisah yang dicantumkan sebagai bahan penelitian ini bersumber dari salah satu naskah yang diikutkan dalam lomba penulisan cerita rakyat Sumatera Utara yang diadakan dan diterbitkan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara Medan, dengan nama penulis Adi Putra. Kisah yang ditulis Adi Putra ini dirangkum oleh Husna dan Nurelide dalam jurnalnya dan menjadi bagian dari versi satu dalam pembahasan kali ini (beberapa kata ada penambahan dan pengurangan dengan tujuan penyajian yang disesuaikan dengan beberapa hal).

Kisah Putri Runduk Versi I

Dikisahkan Raja Linggom, seorang raja di Kerajaan Mursala, belum memiliki keturunan meski sudah seperempat abad usia pernikahannya. Datanglah seorang pelarian dari Abbessina bernama Adofo yang berjanji hendak menolong sang raja untuk memecahkan berbagai persoalan. Adofo sendiri ditemukan oleh Datuk Langit, elang kesayangan raja, saat Adofo terombang-ambing di lautan karena melarikan diri dari hukuman pancung karena ia telah melakukan kesalahan pada rajanya, Raja Dzigbode dari Kerajaan Abbessina.

Dari Adofo diketahui alasan Raja Linggom belum mendapatkan keturunan, karena ada sihir hitam yang menghalangi kehamilan Sang Permaisuri. Terdapat boneka mini hitam yang harus segera ditemukan. Tidak berselang lama, benda itu ditemukan nelayan, sepasang suami istri. Sebagai imbalannya mereka tinggal di istana. Istri dari nelayan sedang hamil. Ketika anaknya lahir akan dijadikan saudara oleh anak raja kelak. Tidak lama Sang Permaisuri pun hamil lalu melahirkan seorang anak perempuan. Awalnya Sang Raja sedih, ia berharap anak yang lahir adalah seorang laki-laki. Kesedihan berangsur sirna karena banyak tamu yang memuji kecantikan anak perempuannya.

Sang Raja memberi nama anak perempuan itu dengan nama Putri Runduk. Makna nama Putri Runduk menurut Sang Raja sendiri adalah sang putri diharapkan menjadi seseorang yang memiliki wawasan luas namun tetap rendah hati, seperti padi. Semakin berisi semakin merunduk. Raja menginginkan putri satu-satunya ini menjadi pewaris kerajaan. Sang Putri tidak boleh berlaku kasar dan egois pada rakyatnya.

Putri Runduk pun tumbuh menjadi anak yang lincah, lucu dan cerdas. Setelah Putri Runduk remaja, kemampuan bela dirinya tidak diragukan. Dengan parasnya yang rupawan ia menjadi sosok yang mengagumkan. Putri Runduk memiliki saudara atau dayang, anak dari nelayan yang menemukan boneka sihir itu. Dayang itu bernama Sikambang.

Pada suatu hari Sang Putri mengajak Sikambang pergi ke Sorkam untuk melihat Pasar Raya. Namun Sikambang menolak, menurutnya Sang Putri sebaiknya meminta izin dahulu kepada Raja Linggom dan Sang Permaisuri. Putri Runduk pun menyampaikan niatnya saat menemui kedua orang tuanya. Tentu saja Raja Linggom tidak memberi izin.

Sikap Putri Runduk yang serba ingin tahu membuat ia mengabaikan perkataan ayahnya. Ia tetap pergi bersama Sikambang dengan teknik penyamaran. Ia menyamar menjadi laki-laki begitu pun Sikambang. Perahu yang mereka gunakan menuju Sorkam adalah perahu buatan ayah Sikambang sesuai permintaan Sang Putri sendiri.

Setibanya di daratan Sorkam, mereka melihat ada pertandingan di arena laga. Putri Runduk memakai nama samaran Jogi dan Sikambang dengan panggilan Sihol. Mereka berhasil mengelabui dan Putri Runduk berhasil mendaftar menjadi peserta. Sikambang khawatir bukan main. Tiga kali laga telah terlewati, Sang Putri berhasil memenangkan pertandingan. Saat Sang Putri sedang menanti lawan berikutnya, ia beradu pandang dengan seorang pemuda. Tiba-tiba hati Sang Putri berdesir hebat.

Pemuda tersebut bernama Datuk Itam, Pangeran Sorkam. Pangeran Sorkam naik arena dan memperkenalkan diri kepada Sang Putri. Sang Putri membalas perkenalan tersebut dengan menyebutkan namanya juga. Namun, Sang Putri lupa dengan penyamarannya karena terlena dengan Sang Pangeran. Ia mengeluarkan suara aslinya yang lemah lembut. Sang Putri gugup, ia menyadari kekeliruannya, lalu mengulang menyebutkan namanya kembali dengan suara yang sengaja diberat-beratkan seperti suara laki-laki.

Pangeran Sorkam terlihat membalikkan badan petanda tidak ingin meneruskan pertandingan. Namun, pembatalan dicegah Sang Putri. Pangeran Sorkam menyatakan dirinya tidak ingin berlaga dengan seorang perempuan. Terkejutlah para penonton, tidak percaya, karena mereka semua takjub melihat kepiawaian laga Sang Putri. Sang Putri pun mengolok-olok Pangeran Sorkam, meminta bukti. “Buktikan! Buktikan!” katanya, diikuti sorak para penonton. Terpancing juga Pangeran Sorkam, ia melakukan gerakan membalikkan badan dan mengayunkan kaki. Terlepaslah penutup kepala Jogi alias Putri Runduk. Tergerai rambut panjangnya yang hitam dan lembut.

Putri Runduk mencoba membalas perlakuan Pangeran Sorkam dengan cara melayangkan kaki ke arah wajah Sang Pangeran namun Sang Pangeran refleks berhasil mengelak. Alhasil, Sang Putri kehilangan keseimbangan. Pangeran Sorkam dengan sigap menangkap tubuh Sang Putri yang limbung sehingga tidak jadi terjatuh. Dada kedua insan itu berdebar, mereka berdua saling jatuh cinta. Akhirnya mereka turun dari arena laga, tidak ada yang kalah atau menang. Pangeran Sorkam mengajak Sang Putri berbincang-bincang.

Pada saat yang bersamaan, Datuk Langit melihat Pangeran Sorkam dan Sang Putri, ia mendekat ke arah Sang Putri. Datuk Langit diutus Raja Linggom yang khawatir Sang Putri lari dari istana. Tidak terduga, Pangeran Sorkam mengenal Datuk Langit, sebab sering berkirim surat. Ayah Sang Pangeran merupakan sahabat Raja Linggom. Ia pun mengajak Sang Putri ke istana. Di Kerajaan Mursala, Raja Linggom yang telah mengetahui keberadaan putrinya pun menyusul ke Sorkam.(BERSAMBUNG – SINRID)

Referensi:

Danandjaya, James. (2002). Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Putra, Adi. (2017). Kerajaan Mursala: Legenda Putri Runduk. Medan: Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Husna, Tiflatul dan Nurelide. (2018). Citra Perempuan dalam Cerita Rakyat Kerajaan Mursala Legenda Putri Runduk. Dalam Jurnal Medan Makna Vol. XVI No. 2 Hlm. 106-115 Desember 2018. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara.

Syarfina, Tengku, dkk. (2016). Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara. Diakses pada 29 April 2021 – 19.21 WIB. https://balaibahasasulsel.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/BUNGA-RAMPAI-CERITA-RAKYAT-TAPTENG-DALAM-TIGA-BAHASA.pdf

Dirangkai pada 11 Mei 2021 di Surya Mulia IV, Jakarta Barat (Sinta Ridwan)

Karena belum pernah mengunjungi Barus secara langsung, menggunakan foto yang diambil oleh Dr. Tompi featuring Indonesia Kaya pada 21 November 2019.

Kategori: Barus dan Tulisan.