Barus: Putri Runduk II

Dirangkai oleh Sinta Ridwan |

Legenda Putri Runduk II: Kisah Kasih dalam Irama Akordeon 

- untuk ceritarempahbarus.org | Rilis 25 Mei 2021 |

Kejadian di arena laga dilihat Pangeran Abbessina yang berada di sekitar arena. Ia terpesona dan merasa jatuh cinta dengan Putri Runduk. Pangeran Abbessina selama ini telah menunggu lama jodohnya, ia merasa memiliki ketertarikan yang luar biasa dengan Sang Putri. Pangeran Abbessina pun menemui Sang Putri yang sedang berbincang dengan Pangeran Sorkam dan meraih tangan Sang Putri untuk berkenalan. Ia mengajak Sang Putri untuk ikut bersamanya. Pangeran Sorkam tampak kesal. Ia pun menarik tangan Sang Putri untuk menjauh. Sang Putri menurut. Dan Pangeran Abbessina yang bernama Demessie pun marah besar.

Kisah pun berlanjut pada Pangeran Sorkam yang melamar Putri Runduk. Tidak ada hambatan yang menghalang sebab ayah mereka berdua adalah sahabat. Segera diadakan pesta pernikahan. Namun, Pangeran Abbessina yang jatuh cinta kepada Sang Putri itu mengirimkan surat kepada kerajaan Mursala untuk melamar Sang Putri. Namun, Raja Linggom memerintahkan kepada siapa saja untuk mengabaikan surat tersebut sebab ia akan menikahkan Sang Putri dengan Datuk Itam, Pangeran Sorkam.

Adofo yang merupakan pelarian dari Abbessina sangat mengetahui adat di negerinya, penolakan itu adalah sebuah penghinaan. Surat dari Pangeran Abbessina dibalas Adofo. Dalam surat balasan itu, ia menawarkan kerja sama karena ia rupanya sangat merindukan kampung halamannya. Ia menyatakan ingin pulang ke Abbessina.

Tanpa diduga, Kerajaan Abbessina melalui perintah Pangeran Demessie melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Mursala. Mengetahui adanya pengkhianatan yang dilakukan Adofo, tanpa basa-basi Sang Putri langsung menghunuskan pedang ke dada Adofo. Sang Putri pun turut dalam pertempuran mempertaruhkan marwah kerajaan Mursala. Dalam pertempuran Sang Permaisuri terbunuh, begitu pun dengan Sang Raja, yang tertinggal hanyalah Putri Runduk, Sikambang dan Pangeran Demessie. Datuk Langit mengabarkan Pangeran Sorkam untuk membantu Kerajaan Mursala. Dengan kekuatannya, Pangeran Sorkam menarik Pulau Mursala hingga mendekat daerah Sorkam. Tanah di Pulau Mursala pun bergetar hebat dan bergerak.

Di saat terdesak, Putri Runduk diajak Pangeran Demessie ikut ke Abbessina jika ingin selamat. Putri Runduk terjebak. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sikambang hanya bisa menangis menyaksikan dari jauh. Pedang Pangeran Demessie tengah menari-nari di depan matanya. Saat itulah Datuk Langit datang dan mencakar Pangeran Demessie. Pangeran Demessie kesakitan. Sikambang mendekat, mengajak Putri Runduk lari namun ditolak. Baginya lebih baik mati. Tak ada lagi yang ingin dipertahankannya. Sang Putri tidak memiliki apa-apa lagi. Sikambang berupaya keras meyakinkan Sang Putri bahwa masih ada dirinya sebagai saudara dan mereka akan bersama-sama membangun kembali Kerajaan Mursala. Akhirnya bujukan Sikambang berhasil. Mereka pun pergi menjauh. Sementara itu, Datuk Langit terus menyerang Pangeran Demessie.

Pergerakan tanah yang terjadi membuat pergeseran tempat-tempat di Pulau Mursala. Jalan biasa yang dilalui Sang Putri dan Sikambang banyak berubah. Perjalanan mereka tiba di ujung tebing. Mereka pun beristirahat sambil memakan nasi yang telah dibungkus Sikambang untuk Sang Putri. Sikambang juga menunjukkan beberapa barang kesayangan milik Putri yang sempat diambilnya. Sang Putri menangis kencang. Ia mengetahui pergerakan tanah yang terjadi adalah ulah Pangeran Sorkam.

Di tengah peristirahatan, entah bagaimana caranya Pangeran Demessie sudah berada di hadapan. Sang Putri dan Sikambang yang sedang berpelukan terkejut. Pangeran itu tetap meminta Sang Putri menjadi istrinya. Dengan seketika Sang Putri berdiri dan meludah tidak terima. Ia meloncat dari tebing. Sikambang histeris, begitu pun Datuk Langit. Datuk Langit segera menukik dan menyusul Sang Putri dengan cepat, ia mencoba mencakar pakaian Sang Putri agar dapat diangkat ke daratan lagi. Tubuh Sang Putri sempat melayang-layang di udara hingga kemudian tercebur ke laut dan membentuk sebuah pulau. Kisah pun berhenti di sini.

Kisah Putri Runduk Versi II

Kisah dimulai pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan yang sangat makmur dan sangat terkenal bernama Kota Guguk, Kota Beriang dan Kota Muara beribukota Barus saat itu. Barus dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Ratu Jayadana. Ratu Jayadana pada masa itu dikenal sebagai Putri Runduk. Putri Runduk berparas sangat cantik. Hal ini bahkan tersiar sampai ke penjuru negeri. Kecantikan Putri Runduk akhirnya terdengar oleh Raja Janggi yang berasal dari Negeri Sudan dan seorang raja dari keturunan Tiongkok. Raja Janggi dan raja dari Tiongkok tersebut memiliki keinginan untuk melamar Putri Runduk. Namun, Putri Runduk menolak lamaran mereka karena memiliki agama yang berbeda.

Putri Runduk dan Sanjaya dari Mataram Kuna

Raja Sanjaya dari Mataram Kuna juga mendengar berita tentang kecantikan yang dimiliki Putri Runduk dan bermaksud untuk melamarnya. Namun, lamarannya itu juga ditolak. Raja Sanjaya cemburu dan murka karena Raja Janggi dan raja dari Tiongkok itu telah terlebih dahulu melamar Putri Runduk. Akhirnya, Raja Sanjaya menyerang dan memporak-porandakan pasukan Raja Janggi yang berasal dari Sudan dan Raja dari Tiongkok itu, sehingga mereka pun melarikan diri dan ada yang pulang ke negeri asalnya, ada yang pergi ke negeri lain, dan ada yang pergi ke hutan.

Sama halnya dengan yang dikisahkan dalam manuskrip Carita Parahyangan yang ditulis di daun lontar dengan bahasa dan aksara Sunda Kuna—yang telah teliti oleh sarjana Polytes dan disalin oleh Prof. Dr. Purbo Coro (Poerbatjaraka?). Konon, pada 734 M dikisahkan bahwa Raja Sanjaya berperang dan menang melawan raja dari Kerajaan Bali, Bima, Melayu, Keling, Barus, dan Cina. Singkat cerita Putri Runduk pun ditawan oleh Raja Sanjaya, seperti bunyi pantun di bawah ini:

Kota Guguk Kota Beriang
Katigo kota di muaro
Ayam bakukuk tandonyo siang
Putri Runduk ditawan Jawo

Ketika kekacauan itu terjadi, Putri Runduk dengan pengawal setianya bernama Sikambang Bandaharo melarikan diri ke Pulau Mursala. Namun dalam pelarian mereka itu banyak barang Putri Runduk terjatuh dan berceceran seperti kain, selendang, dan setrika (seiring berjalannya waktu di Pulau Mursala itu lahirlah suatu kerajaan). Raja Janggi pun terus memimpikan Putri Runduk, seperti kehilangan istri. Duduk salah, makan tidak selera, tidur pun tidak nyenyak, layaknya pantun di bawah ini:

Atok nan indak taratokkan
Atok nan dari kabun palak 
Mato nan indak talalokkan
Mandanga kukuk ayam jalak 
Pulau Puteri Pulau Panginang
Katigo pulau anak Janggi
Lapik putih banta bamiang
Racun bamain di dalam hati 
Guruh patus manubo limbek 
Pandan tasanda di subarang
Tujuh ratus carikan ubek 
Badan batamu makonyo sanang

Setelah sekian lama Raja Janggi mencari Putri Runduk, akhirnya tersiar kabar kalau Putri Runduk berada di Pulau Mursala. Raja Janggi pun akhirnya mengepung kerajaan itu. Namun Putri Runduk tidak kehilangan akal. Setelah berdiskusi dengan Sikambang, akhirnya Putri Runduk melontarkan permintaan untuk menyatukan Pulau Mursala dengan daratan. Karena terlalu cintanya kepada Putri Runduk, akhirnya disiapkan Raja Janggi rantai besar. Rantai itu ditambatkannya ke tengah Pulau Mursala, kemudian ditariknya dari bukit.

Hari demi hari, minggu demi minggu, hingga bulan pun berlalu, namun Pulau Mursala tidak berpindah juga. Raja Janggi tetap tidak mau kalah lalu ia mendatangi Putri Runduk, dalam hatinya berkata,

Sipasan baranak putih
Jatuh kalantai potong duo
Pacah sampan ganti jo upih (mayang pinang)
Namun pulau di hadang juo

Ketika Raja Janggi mencoba memeluk Putri Runduk, marahlah sang putri lalu memukul Raja Janggi dengan tongkat yang terbuat dari akar bahar. Seketika itu Raja Janggi berubah menjadi batu dan Putri Runduk melompat ke dasar laut dan tidak kembali lagi. Pengawal pribadinya Sikambang Bandaharo pun sangat sedih dan meratapi kepergian Putri Runduk. Tinggallah sebungkus nasi Putri Runduk dan kini menjadi Pulau Situngkus, talamnya berubah menjadi Pulau Talam, kain yang berserakan berubah menjadi Pulau Lipek Kain, Pulau Setrika dan Pulau Putri.

Labekla hujan di Mursala 
Kambanglah bungo parawitan
Bintang di langik nan punyo salah
Ombak di lawik mananggungkan
Pulau baka Pulau Situngkus
Katigo pulau lipek kain
Sauh caka pandarat putus
Labuhan bakisar kanan lain

Catatan khusus memberitahukan bahwa menurut legenda, musik Sikambang yang berasal dari Tapanuli Tengah diambil dari nama Sikambang Bandaharo. Irama Sikambang dimainkan oleh lima orang, terdiri atas tiga orang pemain gendang, satu pemain biola, dan satu orang pemain akordion. (BERSAMBUNG – SINRID)

Referensi:

Danandjaya, James. (2002). Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Putra, Adi. (2017). Kerajaan Mursala: Legenda Putri Runduk. Medan: Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Husna, Tiflatul dan Nurelide. (2018). Citra Perempuan dalam Cerita Rakyat Kerajaan Mursala Legenda Putri Runduk. Dalam Jurnal Medan Makna Vol. XVI No. 2 Hlm. 106-115 Desember 2018. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara.

Syarfina, Tengku, dkk. (2016). Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah. Medan: Balai Bahasa Sumatera Utara. Diakses pada 29 April 2021 – 19.21 WIB. https://balaibahasasulsel.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/12/BUNGA-RAMPAI-CERITA-RAKYAT-TAPTENG-DALAM-TIGA-BAHASA.pdf 

Dirangkai pada 11 Mei 2021 di Surya Mulia IV, Jakarta Barat (Sinta Ridwan)

Karena belum pernah mengunjungi Barus secara langsung, menggunakan foto yang diambil oleh Dr. Tompi featuring Indonesia Kaya pada 21 November 2019.

Kategori: Barus dan Tulisan.