Nyemplung Filologi

Oleh Sinta Ridwan |

Ceritanya ini adalah catatan kuliah waktu kali pertama banget masuk ke dunia gelap, eh dunia masa lalu, eh dunia filologi, hehehe. Masih meraba-raba, membuat catatan, membaca dan sebagainya. Selanjutnya dalam hati, ini dia yang dicari-cari, akhirnya aku menemukan dunia aku, #eaaa. Foto di atas waktu nonton permetalan musik di Saparua, 2 September 2008.

Apa itu Filologi?

Pernah dengar istilah filologi? Pasti ada yang sudah tahu, tetapi kemungkinan besar juga banyak yang tidak familiar, belum pernah tahu dan terdengar sangat asing. Apa itu filologi? Mirip psikologi kah? Jelas jauh berbeda.

Saat aku memutuskan untuk melanjutkan studi dengan mengambil filologi, orang banyak yang bertanya-tanya, apa itu filologi? Aku pun pada awalnya tidak pernah mengenal filologi, saat studi S1, aku mengambil Sastra Inggris. Begitu cintanya pada sastra, aku ingin mempertanggungjawabkan ilmu dengan melanjutkan program pascasarjana.

Niat awal aku padahal ingin mengambil Ilmu Sastra murni di Universitas Padjajaran. Akan tetapi di sana tidak ada program itu, yang ada Linguistik Inggris, Linguistik Umum, Linguistik Jepang, Ilmu Sejarah, Museumologi, dan Filologi. Kali pertama yang ada di pikiran, aku ingin mengambil sejarah, tapi begitu penasaran dengan filologi, pada akhirnya aku mengambil langkah, membandingkan sejarah dan filologi, dengan membandingkan unsur mata kuliah dan bertanya pada dosen sejarah, yang tahu tentang keduanya juga kepada kawan-kawan dekat.

Akhirnya setelah menimbang sana-sini, aku memutuskan untuk mengambil filologi dengan alasan utama, dibandingkan sejarah, filologi mengandung banyak unsur sastranya, sudah, begitu saja, simple, dan nekat sebenarnya.

Dan setiap ditanya teman atau saudara sebelum masa perkuliahan, ambil jurusan apa? Filologi, apa itu? Sastra kuna. Aku bingung menjelaskannya secara gamblang apa itu filologi. Tetapi setelah memasuki masa belajar di Universitas Padjajaran, dengan banyak mencari informasi, dan mendapat dasar-dasar filologi sekaligus terjun langsung ke lapangan, apa itu fungsi filologi di area museum, sejarah, sastra hingga kebudayaan. Aku merasa senang bahwa pilihanku melanjutkan studi tidak sia-sia dan gue banget pada akhirnya, yeay. Dengan niat besar, aku ingin memperdalam ilmu baru ini, aku harus meluangkan banyak waktu untuk belajar, membaca banyak referensi, dan mencari banyak data dan informasi di lapangan, yang nyata, maksudnya di dalam masyarakat secara langsung.

Filologi, secara teori berasal dari Yunani, dari kata philos yang artinya teman, logos adalah ilmu atau pembicaraan, dan philologia yang artinya senang berbicara. Dari situ muncul istilah ‘cinta kata’. Secara istilah filologi merupakan ilmu untuk mengkaji atau menelaah tulisan yang dianggap penting dari masa lalu, misalnya tulisan dari jaman kerajaan. Filologi dapat juga disebut ilmu yang mengungkapkan kandungan karya tulis lama atau masa lalu.

Ilmu filologi lahir akibat dari adanya pernyataan kita ada saat ini di masa sekarang, berasal dari masa lalu, dan tulisan masa lalu yang yang ditinggal nenek moyang kita, mengandung banyak makna. Dan tugas filolog adalah mengungkapkan apa makna yang terkandung dari dalam teks naskah kuna tersebut.

Dan sejalan dengan tugas filologi di atas, tujuan Ilmu Filologi adalah untuk mengetahui dan memaknai alam pikiran masa lalu dari berbagai seni baik materialnya ataupun kehidupan spiritualnya.

Ujungberung II, 7 September 2008

|

Dasar-Dasar Filologi

Filologi berasal dari kata philos (teman), logos (ilmu/pembicaraan), dan philologia (senang bebicara). Secara istilah filologi adalah ilmu untuk mengkaji peninggalan tulisan yang dianggap penting dan filologi juga ilmu yang mengungkapkan kandungan karya tulis lama atau masa lalu. Ilmu filologi ada karena berdasarkan pernyataan kita ada saat ini di masa depan itu berasal dari masa lalu, dan tulisan masa lalu itu pasti punya makna, maka makna itu harus dibicarakan atau dieksplor. Tujuan dari filologi adalah untuk mengetahui dan memaknai alam pikiran masa lalu dari berbagai segi baik materialnya ataupun kehidupan spiritualnya. Karena itu kita harus bermakna, sesuatu menjadi penting jikalau kita tahu maknanya.

Kritik Teks:

  • Kritik teks muncul sebagai dampak historis dan kultural yang meninggalkan bekasnya pada teks sehingga teks tersebut telah jauh dari aslinya.
  • Tujuan kritiks teks adalah mengembalikan teks kepada bentuknya yang semula dengan menelusuri kembali jejak perubahan-perubahan yang terjadi dan menempatkannya sesuai dengan tujuan edisi teks yang menjadi hasil akhir penelitian filologi.

Dasar-Dasar filologi:

  • Filologi diperlukan karena adanya variasi teks dalam naskah.
  • Variasi teks muncul karena sifat penyalinan atau penurunan teks tidak setia baik sengaja atau pun tidak.
  • Variasi teks hanya dipandang sebagai kesalahan penyalin, tetapi juga merupakan hasil kreativitas dan subjektifitas penyalin sebagai penyambut teks.

Dasar-Dasar Kritik Teks:

  • Teks-teks yang sampai di tangan kita bukan teks asli seperti yang ditulis oleh pengarangnya.
  • Teks-teks telah mengalami kerusakan oleh karena usianya dan kerentanannya terhadap iklim.
  • Dalam transmisi berkali-kali dari zaman ke zaman dapat terjadi perubahan disengaja maupun tidak sengaja.

Perjalan sejarah sebuah teks yang diungkapkan oleh Van der Molen: Pertama, waktu penciptaanya oleh pengarang. Kedua, waktu penyalinannya dari satu teks ke teks lain. Ketiga, waktu filolog berusaha mengembalikan teks ke bentuk aslinya. Dan intinya, keberadaan teks tersebut harus disesuaikan dengan masa kini.

Pendekatan masalah dalam bentuk mula teks sebagai variasi bentu, kesalahan atau korupsi. Sebagai Kreativitas penyalin, yang bervariasi dan sebagai bentuk transformasi, yang terakhir soal makna.

Sementara kondisi fisik teks sebagai akibat penurunan/transmisi berupa transformasi budaya, transformasi sistem kesusastraan, tranformasi genre, parafrase, korup dan terjemahan.

Tugas filolog adalah mengungkapkan seluk beluk teks dan makna teks tersebut.

Ujungberung II, 1 September 2008

|

Awal Pertumbuhan Filologi

Awal kegiatan filologi di Iskandariyah dilakukan oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 SM dipelopori oleh Erastothenes. Kegiatan mereka adalah meneliti naskah-naskah dalam huruf Yunani kuna peninggalan abad ke-8 SM yang ditulis di atas daun papyrus dan merekam tradisi lisan yang mereka miliki berabad-abad sebelumnya. Di Kota Iskandariyah pada abad ke-3 SM adalah pusat ilmu pengetahuan, karena di tempat itu banyak dilakukan telaah naskah-naskah kuna oleh para ahli yang berasal dari daerah sekitar Laut Tengah, terutama bangsa Yunani sendiri dari daratan Eropa selatan.

Filolog pada jaman itu harus memiliki pengetahuan yang tinggi karena untuk mengetahui isi naskah terlebih dahulu harus mengetahui huruf yang dipakai, kemudian menyalinnya ke dalam huruf yang berlaku saat itu. Di sinilah proses kerja filologi, mereka membetulkan kesalahan-kesalahan, membetulkan kesalahan ejaan, bahasa, tata tulis, kemudian menyalin kedalam keadaan yang jauh dari kesalahan-kesalahan. Salinan naskah ada juga yang diberi penjelasan dan komentar serta tafsiran-tafsiran sesuai dengan interpretasi mereka. Inilah awal munculnya mazhab Iskandariyah. Kegiatan perdagangan naskah kuna pada waktu itu juga cukup ramai dan berakhir abad ke-1 SM bersamaan jatuhnya Iskandariyah ke bangsa Romawi.

Kegiatan para filolog mazhab Iskandariyah adalah mengkaji karya-karya Homerus, Plato, Menander, Herodotus, Hupocrates, Socrates dan Aristoteles. Pusat studi berupa perpustakaan yang menyimpan sejumlah besar naskah, naskah berupa papyrus yang digulung dan ditulis dengan aksara Funisia (Funisia adalah bangsa yang berinduk pada Semit dari Sam bin Nuh, yang termasuk Semit adalah Babilonia, Assyria, Kaldea, Amoria, Aramia, Funisia, Ibrani, Arabia, dan Abbesinia). Papyrus berisikan ilmu pengetahuan, seperti ilmu filsafat, kedokteran, perbintangan, ilmu sastra dan karya sastra, ilmu hukum, dan lain sebagainya. Perpustakaan itu menempati bangunan yang dinamakan museum, sebenarnya bangunan itu adalah sebuah kuil untuk memuja 9 orang Dewi Muses, dewi kesenian dan ilmu pengetahuan dalam mitologi Yunani. Pada penggarapan naskah-naskah itu kemudian dikenal dengan ahli filologi, dan yang pertama kali memakai nama filologi adalah Erastothenes. Oleh karena itu kebudayaan Yunani kuna merupakan akar kehidupan Eropa barat dan pemikiran-pemikirannya menjadi acuan mereka. Kebudayaan ini pun menjadi berpengaruh luas sampai kawasan Timur Tengah dan kawasan Asia.

Setelah Iskandariyah jatuh maka kegiatan filologi berpindah ke Eropa selatan yang berpusat di Roma. Kegiatan ini berlangsung sampai abad ke-4 saat terpecahnya kerajaan Romawi menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur.

Filologi di Romawi Barat

Kegiatan filologi di Romawi Barat diarahkan pada penggarapan naskah dalam bahasa Latin sejak abad ke-3 SM karya Cicero dan Verro berupa puisi dan prosa ini merupakan kegiatan yang melanjutkan tradisi Iskandariyah. Tradisi Latin ini mengalami kemunduran ketika studi filologi dimanfaatkan oleh gereja dalam rangka penyebaran agama. Kajian terhadap naskah-naskah Yunani agak ditelantarkan terlebih dengan adanya penamaan terhadap naskah-naskah Yunani sebagai naskah Jahiliyah. Sejak abad ke-4 teks mulai ditulis dalam bentuk codex dan menggunakan bahan kulit binatang disebut perkament yang lebih tahan lama daripada daun papyrus. Di samping itu pada bahan perkament sudah ada yang diberi halaman sehingga memudahkan untuk dibaca.

Filologi di Romawi Timur

Bila perkembangan filologi di Romawi Barat mulai mengalami kemunduran, justru perkembangan di Romawi Timur lebih menampakkan kemajuan. Pusat-pusat studi filolog terdapat di kota-kota Konstatinopel, Athena, Antioch, Beirut, Gaza, dan Iskandariyah. Iskandariyah merupakan pusat studi filsafat Aristoteles dan Beirut merupakan pusat studi hukum. Pusat-pusat inilah yang kemudian melahirkan perguruan tinggi yang menghasilkan para ahli di bidang pemerintahan, pendidikan dan administrasi.

Dalam periode ini, mulai muncul tradisi menulis tafsir terhadap isi naskah pada tepi halaman, yang kemudian bernama scholia. Catatan pada tepi halaman ini dilakukan oleh Procopius dari Gaza yang telah terbiasa dengan penulisan naskah dengan disertai catatan tepi halaman yang diambil dari naskah lain yang membicarakan masalah yang sama. Karena tulisan Procopius pada umumnya mengenai ajaran Beibel maka cara penulisan demikian itu dikenal penulisan baru dalam kajian Beibel. Perkembangan di Romawi Timur kurang didukung oleh tenaga-tenaga yang professional sehingga dirasa perlu untuk merekrut tenaga filolog melalui kuliah-kuliah di mimbar perguruan tinggi. Dari sinilah kemudian mulai tumbuh banyak perguruan tinggi yang berpusat di kerajaan Romawi Timur.

Ujungberung II, 27 November 2008

Kategori: Esai dan Tulisan.