Puan Pelaju

Oleh Sinta Ridwan |

Puan Pelaju

Puan, jika kau rasa gesekan besi tua
yang berpacu ini terlalu bising sorakannya,
karena terus menabrak tembok angin barat
di ujung Agustus, tutup telingamu. Segera.

Sebelum pasukan debu masa lalu datang
menyerang. Membawa tujuh belas tombak
kesengsaaran dan tiga puluh satu kujang
kehancuran siap serbu masa depan itu. Merajam
tubuhmu di antara prajurit berbaju genteng merah
berlumut, yang selama ini melindungi Puan.

Cepat. Sebelum kau sempat menyisir embun
di lumut itu. Puan, melajulah dulu. Tanpa
harus mengkhianati luka lama para leluhur.
Tutup kotak pandora yang mulai sekarat itu.

Bekasi, 17 Agustus 2014

*Puisi ini dimuat di Literasi Lombok Post pada Minggu, 28 Mei 2017 halaman 16.

Foto diambil pada 10 Agustus 2014 di Cirebon menuju pernikahan adik.

Kategori: Mengolah dan Puisi.