Cahaya Seine

Oleh Sinta Ridwan |

Segenggam Cahaya Seine
- teruntuk Mukti-Mukti

Sepenggal malam menghantui musim panas yang hangat,
seperti segelas cokelat yang dilahirkan sekotak mesin bisu
di stasiun bawah tanah yang lembab. Seberkas hembusan
angin, menggoda tengkuk dedaunan yang menggantung
di sepanjang Sungai Seine.

Di balik seteguk cahaya rembulan yang mewarnai pasukan riak air
yang asyik berenang di Sungai Seine, suara bisik lirih Jane Birkin
mengalun cinta yang menyayat. Menyelimuti tubuh kecil pulau
Saint Louis, di antara terangnya lampu kota, yang melarung
setapak keheningan di tengah pasar malam.

Aku terpaku di ujung jembatan Pont Marie. Menangkap gelisah
yang dibawa asap tembakau lintingan jemari lentikmu, yang biasa
memetik gitar di sisa kegelapan langit yang merindu. Menerawang
jauh dari celah segenggam cahaya Notre Dame, yang membentuk
rumah ibadah itu. Jatuh di antara pasukan riak air yang masih asyik
mengambang. Pijarnya serupa lekuk punggungmu yang sungguh
kurindu untuk bersandar. Untuk kupeluk bersama bunyi lonceng
yang berdentang tengah malam.

Paris Keempat, 10 Agustus 2015

*Puisi ini dimuat di Literasi Lombok Post pada Minggu, 10 April 2016 halaman 16.

Foto diambil pada 8 Agustus 2015 di Paris Ketujuh.

Kategori: Mengolah dan Puisi.